Postingan

Featured post

Sembilu

Hujan yang dulu pernah kita takutkan akhirnya tiba, dimana kita bisa menangis di antara rintik-rintiknya tanpa perlu takut terlihat bahwa sebetulnya kita hanya sedang tidak ingin Berpisah. .... Hujan dan angin bergantian Mengelus lembut pundakku, menenangkan aku bahwa semuanya akan kembali baik-baik saja. Bukan perkara mudah memang, Bagi bumi melupakan hujan, yang menjadikannya rimbun, Bagi ombak melupakan pantai, yang menjadikannya tempat untuk berpulang, dan bagi sore melupakan senja, yang menjadikannya ayu. Jika katamu, “selalu ada campur tangan Tuhan disetiap halnya.” Lalu apa lagi yang perlu aku risaukan? Ini kehendak Tuhan, ikhlaskan. Rindu itu pasti. tapi pertemuan kita tidak akan berhenti sampai di sini. Aku janji. - asa

Bunga di penghujung senja

Rembulan nampak menguning senang saat ku bagi ceritaku kepada-Nya. Kamu, orang-orang terdahulu dan para priayi bilang: "Dialah sebaik-baiknya rumah untuk mu berpulang. Dengan tamaklah memohon kepada-Nya, niscaya Dia akan selalu mendengarkan dan memberikan apa yang kamu butuhkan." Banyak hal yang aku ceritakan, sebagian tentang pertemuan kita di penghujung senja; Di selasar itu, aku ingat betul bagaimana caramu mengikat rambutmu, dengan gaun hitam yang kau kenakan, sungguh kamu menawan. Asal kamu tahu, sore itu aku hampir kehilangan mimpi-mimpiku, bahkan sesaat aku mengabaikan ayunya senja, teman baik yang selalu ku habiskan tinta dan ide-ide bersamanya. Dan setelahnya, aku selalu menyukai cara kita menghabiskan film bersama-sama, kamu yang selalu menangis pertama bahkan sebelum aktor utama mengucapkan selamat tinggal, iya selalu kamu. Aku ingat betul. Tapi bukan Tuhan tak sayang, hanya saja kita yang masih perlu belajar manafsirkan setiap perkataan-Nya. Tuhan me

Dikamar

Berbalas kita bercerita hingga larut tanpa puas. Aku selalu menyukai bagian saat kamu menangis, memanja caramu memintaku untuk tetap tinggal sungguh kamu gemas aku suka. - asa, 2018

Rindu Pujaan

Pukul lima sore, tepat empat jam sudah pikiran ini berdialog dengan rindu. Indahnya lembayung dan semilir angin membuat suasana semakin hikmat, nikmat. Setiap detiknya seakan berjalan pelan, perlahan-lahan menggandeng kenangan, kenangan usang; Cerita klasik jaman SMA, semasa purnama selalu saja milik malam minggu. Kala itu, --- Aku yang Hampir mustahil untuk percaya bahwa perempuan yang rajin berkunjung dalam lelap tidurku ialah kamu. Kamu, yang dibenci pada perjumpaan pertama, dan yang ku rindu pada semester kedua. Kamu yang pertama, mengajarkan aku bagaimana caranya merindu mengajarkan aku bagaimana caranya menghabiskanmu di dalam pelukan. --- Aku rindu aku menggigit Aku rindu kamu menjerit. Sungguh, aku rindu pada lesung pipi merah jambu dan tali lingkar hitam yang kau kenakan amat menggemaskan. - asa, 2014

Siapa?

Gambar
Aku menghilang dari pandanganMu aku kabur. Bagai kapal tak bernahkoda aku kehilangan pion didepan. Tujuan ku semakin buram Tak berarah, suram Dulu aku memang pernah berada di garis itu, dan aku berharap untuk berada di tempat ini dan kini aku selalu berharap lebih dari yang telah ku genggam Tak pernah puas hingga aku lupa, aku adalah siapa? Kemudian hilang.

Hujan

Dia bagai gadis kehilangan perawan Hampir sepanjang jalan, tergenang air matanya Hujan badai semalaman. Sejenak dia berhenti, menghela nafas sebentar katanya lalu setelahnya, h ujan lagi. Dia kembali, seakan mencoba membasuh hinanya dunia yang sia-sia. Berkah! Bencana! Mungkin?  Entahlah! Jelas-Nya berlebihan tidaklah baik. . . . Setidaknya bejana ku penuh terisi cukup untuk mandi.